Ahlulbait di Mata Ibnu Taymiah

Posted Posted by A Baidawi Sy in Comments 0 komentar

Diedit ulang tgl 1/12/2008
Artikel dibawah ini kami edit ulang/ralat (kutipan yang kami ralat, kami tulis dengan warna merah) kareana terjadi kekeliruan salah kutip atas ucapan Ibnu Taymiah dalam Minhajussunnah-nya pada jawaban pertama. keterangan selanjutnya soal ini akan kami jelaskan dalam artikel khusus yang akan datang untuk membantah balik blog haulasyiah.
_________________

AHLULBAIT DI MATA IBNU TAYMIAH

SUMBER: http://ibnutaymiah.wordpress.com/2007/05/24/ahlulbait-di-mata-ibnu-taymiah/

Siapa Ahlulbait Nabi Saw.?
Allah SWT telah memperkenalkan kepada kita siapa sejatinya Ahlulbait, keluarga suci Nabi-Nya dalam dua ayat dalam Al qur’an.
Pertama: Ayat At Tathhir:

إنمَّاَ يُرِيْدُ الله ُلِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا.

“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilndarkan dosa dari kamu hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. (Q.S. 33 : 33)
Ketika ayat ini turun, Rasulullah saw. bangkit menafsirkan dan menegaskan bahwa yang dimaksud dengan nas qur’ani suci adalah Ali, Fatimah, Hasan dan Husain as.. beliau saw. mengerudungkan sehelai kain/selimut kemudian memanjatkan doa seraya bersabda

الَّلهُمَّ هؤلاءِ أَهْلُ بيتِيْ، فَأَذْهِبْ عنهُمُ الرجْسَ و طّهِّرْهُم تطهيرً ا

Ya Allah, hanya merekalah Ahlulbaitku, maka hindarkan rijs dari mereka dan sucikan mereka sesuci-sucinya”.

Hadis tentangnya telah diriwayatkan oleh dua istri Nabi saw.; Ummu Salamah danAisyah serta belasan sahabat, di antara mereka ialah: (1) Imam Ali as, (2) Imam Hasan as, (3) Imam Husain as., (4) Abdullah ibn Ja‘far, (5) Ibnu Abbas, (6) Anas, (7) Sa‘ad bin Abi Waqas, (8) Abu Al Hamraa’, (9) Watsilah, (10)Abu Said al Khusri, (11) Umar ibn Abu Salamah, (12) Zainab ibn Abi Salamah, (13) Abu Hurairah.Al Nabhani berkata, “Dan telah tetap dari jalur-jalur sahih yang banyak bahwa Rasulullah saw. datang bersama Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, dengan menggangdeng keduanya sehingga masuk (ke dalam rumah), lalu beliau mendekatkan Ali dan Fatimah dan mendudukan mereka di hadapan beliau, dan mendudukkan Hasan dan Husain masing-masing di atas pangkuan beliau, kemudian beliau mengerudungkan selimut ke atas mereka dan membacakan ayat:

إنمَّاَ يُرِيْدُ الله ُلِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا.

Dalam riwayat lain disebutkan, beliau bersabda

الَّلهُمَّ هؤلاءِ أَهْلُ بيتِيْ، فَأَذْهِبْ عنهُمُ الرجْسَ و طّهِّرْهُم تطهيرًا

“Ya Allah, hanya merekalah Ahlulbaitku, maka hindarkan rijs dari mereka dan sucikan mereka sesuci-sucinya” .
Ia melanjutkan

قالت أُم  سلمة: فَرَفَعْتُ الكساءَ لأَدْخُلَ معهم فجَذَبَهُ مِنْ يَدِيْ. فقلتُ: وَ أنا معكُمْ يا رسولَ اللهِ. فقال: إنك مِنْ أزواج النبي (ص) علَى خيرٍ.

Ummu Salamah berkata, “Lalu aku singkap kain itu untuk masuk. Maka beliau menariknya dari tanganku. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, dan aku bersama kalian?!Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya engkau dari istri-istri Nabi, engkau di atas kebaikan”. [1]
Kemudian setelah itu Al Nabhani menyebutkan berbagai riwayat dari para sahabat seperti riwayat Abu Said al Khudri, Ibnu Abbas, dll. [2] Dalam kesempatan lain al Nabhani mengatakan, “Ibnu Jarir Ath Thabari dalam Tafsrinya menyebutkan lima belas riwayat dengan berbagai jalur periwayatan bahwa Ahlulbait  hanyalah adalah Nabi saw., Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, setelahnya ia menyusulnya dengan menyebutkan satu riwayat bahwa istri-istri Nabi-lah yang dimaksud dengannya Saya menyaksikan Imam agung, penutup para huffadz Jalaluddin As Suyuti dalam tafsir Al Durr Al Mantsur, menyebutkan dua puluh riwayat dari jalur yang berbeda-beda bahwa yang dimaksud dengannya adalah Nabi saw., Ali, Fatimah, Hasan dan Husain…” Setelah itu al Nabhani menyebutkan beberapa dari riwayat tersebut. [3]
Ibnu Jarir Ath Thabari juga meriwayatkan bahwa ayat itu untuk Ahlul Kisaa’ dari delapan sahabat Nabi saw. Sebagaimana juga ia meriwayatkannya dari Imam Ali Zainal Abidin as.. Tetapi ketika ia menyebutkan pendapat bahwa ayat itu untuk istri-istri Nabi saw., ia hanya mengutipnya dari Ikrimah seorang! Demikian dijelaskan Syaikh Hasanuz Zaman dalam Al Qaul al Mustahsan, seperti dikutip dalam Al Qaul al Fashl. [4]
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir juga menyebutkan tidak kurang dari lima belas riwayat dari para sahabat dari berbagai jalur periwayatan bahwa yang dimaksud dengan Ahlulbait hanyalah lima pribadi mulia; Nabi Muhamad saw., Ali, Fatimah, Hasan dan Husain as.


Kedua: Ayat al-Mubahalah

Para mufassirin menyebutkan bahwa  ada sekelompok orang nashara dari kota Najran mendatangi Nabi saw. dan berdialog dengan beliau tentang ketuhanan Nabi Isa as. setelah argumentasi mereka dipatahkan oleh Nabi saw. dan beliau bembuktikan bahwa Isa adalah hamba Allah SWT. mereka tetap enggan menerima kebenaran tersebut dan memeluk agama Islam, maka Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengajak mereka sumpah mubahalah,  Allah menurunkan ayat

فَمَنْ حَاجََّكَ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَ أَبناءَكُمْ وَ نِسَاءَنا و نساءَكُمْوَ أَنْفُسَنَا وَ أَنْفَسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ  لَعْنَةَ اللهَِ عَلَى الكَاذِبِيْنَ.

“Siapa yang membantahmu tentangkisah ‘Isa sesudah datang ilmu (yang menyakinkan kamu) maka katakanlah (kepadanya):  “marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, wanita-wanita kami dan wanita-wanita kamu dan diri-diri kami dan diri-dir kamu ;kemudian marilah kita bermubahalahkepada Allah dankita minta agar la’nat Allah ditimpakan atas orang-orangyang dusta”. (QS: 3;61)
Dalam peristiwa itu Nabi saw. memanggil Hasan dan Husai, Fathimah dan Ali  as.kemudian beliau mengatakan: أللهم هؤلاء اهلي. Ya Allah,  mereka adalah Ahli (keluarga)ku”. Al Baghawi dalam tafsirnya berkata, “Yang dimaksud dengan (أَبْنَاءَنَا) adalah Hasan dan Husain, dan  adalah (نِسَاءَنا) Fatimah dan adalah (أَنْفُسَنَا) Ali ra. [5] Hadis yang menceritakan kisah Mubahalah dan keikutsertaan (Ahlulbait as.) di dalamnya telah diriyatkan dan diyakini keshahihannya oleh banyak ulama’ besar Ahlus-Sunnah baik para muhaddisin, mufassirin mau ahli sejarah [6].
Al-Fakhr ar-Razi dalam tafsirnya setelah menyebut riwayat kisah di atas mengatakan:  ” Ketahuilah bahwa riwayat ini sudah disepakati diantara ahli tafsur dan hadis. [7]
Jadi mereka itulah yang dimaksud dengan Ahlulbait Nabi saw. berdasarkan nas Qur’ani dan sunah mutawatirah… sebagaimana  diketahui dari tindak dan sikap serta sirah Nabi saw.
Pengutamaan Ahlulbait as.
Mari kita perhatikan konsep pengutamaan Ahlulbait Nabi saw. antara yang difirmankan Allah dan Rasul-Nya dan antara pandangan Ibnu Taimiyah? Dalam sebuah ayat, Allah SWT berfirman:

إِنَ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.
Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya –kitab Al Da’awat, bab ash Shalah ‘Ala an Nabi saw- dari Abdul Rahman ibn Abi Laila, ia berkata, “Ka’ab ibn ‘Ujrah berjumpa denganku, lalu ia berkata. ‘Maukah kamu kuberi hadiah? Sesungguhnya Nabi saw. keluar menemui kami ( para sahabat) kemudian kami bertanya, “Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui cara mengucapkan salam atas engkau, akan tetapi bagaimanakah cara mengucapkan shalawat kepada engkau? Maka beliau menjawab: Maka katakanlah

قُوْلُوْا: أللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌُ. أللَّهُمَّ بَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارِكْتَ عَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌُ.

“Ya Allah, curahkan shalawat-Mu atas Muhammad dan keluarga Muhammad, seperti Engkau telah berikan kepada keluarga Ibrahim sesungguhnya kamu Maha Terpuji lagi Maha Mulia … Ya Allah, berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim, sesungguhnya kamu Maha Terpuji lagi Maha Mulia”. [8]
Berdasarkan nas sahih di atas Ahlulbait Nabi saw. masuk sebagai bagian tak terpisahkan dari kewajiban bershalawat, siapa yang menggugurkannya secara sengaja berarti ia menetang Allah dan Rasul-Nya, dan shalawatnya tidak dianggap cukup/sah.Yang menjadi pertanyaan di sini ialah mengapa pengutamaan ini ditetapka secara khusus hanya untuk Ahlulbait Nabi as., sehingga ibadah salat –sebagai tiang agama, dan apabila ia diterima maka semua amal perbuatan hamba akan diterima- yang di dalamnya bershalawat adalah bagian integral darinya tidak dihitung sah tanpa menyertakan Ahlulbait?Pada ayat At Tathhir yang telah disebutkan pada pasal 1, dimana Allah mengkhsuskan Ahlulbait –dan tidak menyertakan para sahabat dan kerabat lain- dengan perhatian-Nya yang besar dengan menghindarkan mereka dari rijs dan mensucikan mereka sesuci-sucinya?Mengapakah Nabi saw. hanya mengkhususkan Ali, Fatimah, Hasan dan Husain as. (tidak selain mereka dari kalangan sahabat dan kaum Muslim) dengan mengerudungkan kain kemudian bersabsda:

الَّلهُمَّ هؤلاءِ أَهْلُ بيتِيْ، فَأَذْهِبْ عنهُمُ الرجْسَ و طّهِّرْهُم تطهيرًا

“Ya Allah, hanya merekalah Ahlulbaitku, maka hindarkan rijs dari mereka dan sucikan mereka sesuci-sucinya”.Hanya mereka lah yang disucikan. Mengapakah pengutamaan terhadap Ahlulbait Nabi as., dan bukan yang lainnya?
 
Jawaban Pertama Ibnu Taimiyah

Tahukan Anda apa jawaban yang disajikan Ibnu Taymiah? Anda pasti tidak sabar menanti jawaban dari “Syeikhul Islam” kita ini. Di sini ia  menjawab:

و إنما قال من فيه أثر جاهلية عربية أو فارسية أنَّ بيت الرسول أحقُّ بالولاية. لأنَّ العرب في جاهليتها كانت تقدم أهل ببت الرؤساء, و كذلك الفرس يقدمون أهل ببت الملك….

“Hanya orang yang padanya terdapat kerak Jahiliyah Arabiyah atau Jahiliyat Persia saja yang mengatakan bahwa keluarka Rasul lebih berhak atas kepemimpinan, al wilâyah. Karena kaum Arab dahulu di masa kejahiliyahan mereka  mengutamakan keluarga para pemimpinnya. Demikian juga dengan bangsa Persi, mereka mengutamakan keluarga raja mereka.” [9]
(untuk diketahui kutipan diatas adalah kutipan dari ucapan  Ibnu Taymiah dalam Minhajussunah-nya yang benar, sementara dibawah ini adalah kekeliruan kami dalam mengutip ucapan tersebut . jadi yang ini bukan ucapan Ibnu taymiah -> “Sesungguhnya konsep pengutamaan Aaal Rasul (keluarga Rasulullah saw.) adalah kerak peninggalan jahiliyah dalam mengutamakan keluarga (aalu bait) para penguasa (pimpinan)”. demikian harap menjadi maklum )
Jadi dalam pandangan Ibnu Taymiah mengagungkan keluarga para Nabi as. dan mengutamakan Ahlulbait as., khususnya Imam Ali as. adalah kerak penginggalan jahiliyah!! Yang hanya dilakukan kaum Jahiliyah Arab dan kaum Majusi Persia. Pemilihan Allah tehadap keluarga para nabi as. adalah kerak jahiliyah!! Semua pengutamaan yang disebut dalam ayat-ayat suci Al qur’an adalah bekas-bekas peninggalan pikiran sesat jahiliyah!!
Bershalawat atas keluarga, Alu Nabi Muhammad saw. dan keluarga Nabi Ibrahim as. yang dibaca berulang-ulang oleh kaum Muslim dalam ibadah salat mereka adalah bekas peninggalan jahiliyah!!Mengawali dan menutup doa dan munajat dengan menyebut keluarga suci Nabi adalah bekas peninggalan jahiliyah!!Jadi salat yang ditegakkan kaum Muslim lima kali dalam sehari, doa yang dipanjatkan dan rintihan munajat yang disampaikan kaum Muslim tidak akan diterima Allah SWT kecuali apabila mereka mencampurnya dengan bekas peninggalan jahiliyah!!


Jawaban Kedua Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah tidak cukup hanya mengatakan bahwa mengutamakan dan mengedepankan Ahlulbait suci Nabi as. adalah kerak dan bekas peninggalan jahiliyah, ia menambahkan bahwa hal itu adalah akidak kaum Yahudi terkutuk! Ibnu Taimiyah berkata:

قالَت الشيْعَةُ لا تَصْلُحُ الإمامةُ إلاَّ فِيْ وُلْدِ علِيٍّ.و قالت اليهودُ لا يَصْلُحُ الملكُ إلاَّ في آلِ داود.

Syi’ah berpendapat, “Tidak sah imamah/kepemimpinan kecuali pada keturunan Ali”. Dan kaum Yahudi berpendapat, “Tidak sah imamah/kepemimpinan kecuali pada keturunan Daud”. [10] Jadi ucapan  Nabi Ibrahim as. ketika dilantik menjadi Imam untuk seluruh manusia dengan firman-Nya:

وإذِ ابْتَلىَ إِبْرَاهِيْمَ ربُّهُ بِكَلِماتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قالَ إِنِّي جاعِلُكَ لِنَّاسِ إمَامًا.

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat  (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman:Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Kemudian Ibrahim as. berkata memohon: قال: وَ مِنْ ذُرِّيَتِيْ. Ibrahim berkata:” ( Dan saya mohon juga) dari keturunanku” (QS:2;124) jadi kalau begitu ucapan Ibrahim ketika mengutamakan keturunannya itu termasuk akidah kaum Yahudi yang tentunya sa’at mereka belum wujud? Atau dari kerak dan bekas jahiliyah?! Firman Allah SWT untuk Nabi Ibrahim as

.إِنَّ اللهَ اصْطَفَى آدَمَ وَ نُوْحًا وَ آلَ إِبْرَاهِيمَ وَ آلَ عِمْرَانَ عَلىَ الْعَالَمِيْنَ، ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ ، واللهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (yaitu) satu keturunan yang sebagianya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS:3;33-34). [11]
Mengapakah Allah SWT memilih keluarga dan dzurriyah; keturunan para rasul utusan-Nya? Apakah pemilihan itu dari akidak kaum Yahudi? Atau dari bekas kerak jahiliyah?!Pernahkah Anda menyaksikan seorang yang sembrono dalam meremehkan firman-firman Tuhan lebih darinya?!Mengapakah kedengkian kepada keluarga suci Nabi saw. sedemikian kronis sehingga ia tidak pernah tahan menyaksikan keutamaan dan pengutamaan Allah SWT. terhadap Ahlulbait as., sehingga ia muntahkan dalam kata-kata keji yang mencerminkan ketidakimanan?!Bukankah Nabi mulia saw. yang tak henti-hentinya menampakkan keutamaan dan keunggulan Ahlulbait beliau as. Dalam ratusan hadis sahih sebagai diriwayatkan para ulama Ahlusunnah sendiri, walaupun sebagian keberatan dengannya?Apakah hadis Tsaqalain… Hadis Safinah… Hadis Ghadir… dan hadis-hadis lain itu adalah produk kepalsuan kaum Syi’ah, sehingga kemudian ia menuduhnya sebagai akidah Yahudi dan atau kerak kesesatan Jahiliyah?!Yang pasti sikap dengki seperti telah menyeret kaum Yahudi untuk mengingkari keunggulan dan kelayakan nabi Muhammad saw. untuk menerima wahyu yang kemudian mereka luapkan dalam sikap kekafiran kepada kenabian beliau.Allah berfiman

أَمْ يَحْسُدُوْنَ النَّاسَ على مَا آتاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ، فَقَدْ آتَيْنا آلَ إبْرَاهيمَ الكتابَ و الحِكْمَةَ و آتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيْمًا.

“Apakah mereka dengki kepada manusia (Muhammad dan Ahlulbaitnya_pen) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepada manusia itu? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. (QS:4;54).
Ibnu Taimiyah Merobohkan Bentengnya Sendiri Entah mengapa mendadak Ibnu Taimiyah menyuarakan pandangannya yang bertolak belakang dengan apa yang ia bangun sebelumnya… kini ia terang-terangan mengatakan bahwa Bani hasyim adalah suku unggulan dan paling mulianya suku Quraisy dan suku Quraisy adalah poaling mulianya bangsa Arab!Ibnu taimiyah berkata: “Sesungguhnya bani Hasyim adalah paling afdhalnya suku Quraisy, dan suku Quraisy adalah paling afdhalnya bangsa Arab dan bangsa Arab adalah paling mulia, afdhalnya bangsa-bangsa dunia keturunan Adam, sebagaimana telah sahih dari Nabi saw. sabda beliau dalam hadis sahih, “Sesungguhnya Allah memilih bani Ismail dan memilih bani Kinanah dari keturunan Ismail, dan memilih Quraisy dari Kinanah, dan memilih Bani hasyim dari Quraisy.” Dalam Shahih Muslim dari Nabi saw., beliau bersabda pada hari Ghadir Khum, “Aku peringatkan kalian akan Ahlulbaitku. Aku peringatkan kalian akan Ahlulbaitku. Aku peringatkan kalian akan Ahlulbaitku.” Dan dalam kitab-kitab Sunan disebutkan bahwa Abbas mengeluhkan sikap sebagian kaum Quraisy yang menghina bani Hasyim, maka beliau bersabda, ‘Demi Dzat yang jiwaku di tangannya, mereka tidaka akan masuk surga sehingga mencintai kalian demi Allah dan demi kekerabatanku.” [12] Pada kesempatan lain Dalam buku Minhaj as Sunnah ia berkata menegaskan bahwa yang menolak keunggulan Bani Hasyim adalah pembid’ah. Ibnu Taimiyah berkata, “Dan ini semua berdasarkan pendapat bahwa shalawat dan salam atas Aal Muhammad dan Ahlulbaitnya meniscayakan bahwa mereka lebih mulia paling mulianya keluarga besar. Ini adalah mazhab Ahlusunnah wa al Jam’ah yang menegaskan bahwa Bani Hasyim paling afdhalnya suku Quraisy, dan Quraisy adalah paling afdhalnya bangsa Arab, dan bangsa Arab adalah paling mulianya bani Adam. Inilah yang dinukil dari para imam As Sunnah sebagaimana disebutkan Harb al Kirmani dari para tokoh yang ia jumpai, seperti Ahmad, Ishaq, Said ibn Manshur, Abd. Allah ibn al Zubair al Humaidi dll. Dan ada sekelompok lain berpendapat tidak ada pengunggulan, seperti disebutkan  Qadhi Abu Bakar dan Qadhi Abu Ya’la dalam Al Mu’tamadnya dan selain keduanya. Dan pendapat pertama adalah yang benar.” [13]
Dalam kesempatan lain ia mengatakan, “Tidak diragukan bahwa keluarga Muhammad saw. memiliki hak atas umat yang tidak dicampuri oleh selain mereka. Mereka memiliki hak untuk dicintai dan dibela yang tidak dimiliki oleh keluarga-keluarga Quraisy lainnya… dan atas pendapat inilah jumhur ulama yang meyakini keunggulan bangsa Arab atas selain mereka, dan keunggulan suku Quraisy atas suku-suku Arab selainnya, dan keunggulan Nabi Hasyim atas suku-suku Quraiys. Inilah yang ditegaskan oleh para imam seperti Imam Ahmad dan selainnya. Dan inilah yang ditunjukkan oleh nas-nas, seperti sabda Nabi saw. dalam hadis sahih, “Sesunguhnya Allah memilih Quraisy dari Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari Quraisy…” dan sebagian kelompok berbendapat tidak adanya pengunggulan di antara bangsa-bangsa. Ini adalah pendapat sebagian Ahli Kalam seperti Qadhi Abu Bakar ibn Thayyib dan lainnya seperti disebutkan oleh qadhi Abu Ya’la dalam Al Mu’tamadnya. Ini adalah pendapat mazhab kaum Syu’ubiyah (faham anti Arabisme), ia adalah pendapat yang dhaif di antara pendapat-pendapat ahli bid’ah (!!) seperti dijelaskan pada tempatnya.” [14]
Saya benar-benar tidak mengerti, apakah pendapatnya ini yang benar mewakili ajaran Islam yang murni yang dibawa Nabi mulia penutup para nabi saw., atau jangan-jangan justru ia adalah akidah Yahudi dan kerak peninggalan Jahiliyah dalam mengedepankan keluarga dekat para nabi as.Yang pasti, ucapan ini hanya sekali ia utarakan, sementara bangunan “Akidah Ibnu Taimiyah” yang selalu ia kokohkan dalam hal pengutamakan Ahlulbait Nbai as. adalah bertolak belakan dengan ucapan ini!
____________________
CATATAN KAKI
[1] Lihat Syawahid Al Tanzil :2/78, hadis ke 752 dan … diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam Musnadnya lembar ke 320 dan Ibnu ‘Asakir dalam diagrafi Imam Hasan nomer 112.
[2] Al Syaraf al Muabbad:13-15.
[3] Ibid.17-19. Anda jangan salah famah, bahwa riwayat yang mengatakan Ahlulbait yang disebutkan Al Suyuthi itu tidak memuat sabda suci Nabi saw. akan tetapi ia memuat pendapat Ikrimah dkk., akan tetapi para ulama sering tidak membeda-bedakan antara riwayat-riwayat itu dalam penafsirkan ayat Al qur’an. Semuanya disikapi sebagai riwayat dan dijadikan acuan dalam tafsir Al qur’an bil ma’tsuur!
[4] 2/293.
[5] Ma’alim At Tanzîl,1/480.
[6] Sumber hadis yang menyebut kisah di atas di antaranya:1) Shahih Muslim :4\187.2) Shahih at-Turmuzdi :5\225 hadis ke2999.3) Musnad Ahmad :1\185 .4) Mustadrak al-Hâkim :3\150 .5) Tafsir ar-Razi :8\80 .6) Tafsir al-Kasysyaf :1\193 .7)  Sirah al-Halabiyah :3\212 . 8)   Tafsir ad-Durr al-Mantsur :2\39 .9) Tafsir al-Manar :3\322.10)Tafsir al-Baidhawi :2\22, dan puluhan yang lainnya .
[7] Tafsir al-Kabir :8\80 .
[8] Hadis di atas juga diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Bad’u al-Khalq dan kitab al-Tafsir, Muslim dalam Shahihnya kitab al-shalah, bab al-Shalah ala al-Nabi ba’da al-Tasyahhud, dari beberapa jalur, al-Nasa’i dalam Sunannya, Ibnu Majah dalam Sunannya, Abu Daud dalam Sunannya, al-Hâkim dalam Mustadraknya, Ahmad ibn Hanbal dalam Musnadnya, Abu Daud al-Thayalisi dalam Musnadnya, al-Darimi dalam Sunannya, al-Baihaqi dalam Sunannya, Abu Nu’aim dalam Hilyahnya, al-Thahawi dalam Musykil Al-Atsarnya, al-Khatib dalam Tarikhnya, dan beberapa ulama lain dari berbagai jalur yang bersambung kepada Ka’ab ibn Ujrah.
[9] Minhaj As Sunnah,3/269.
[10] Ibid.1/6.
[11] Yang dimaksud dengan “keluarga Ibrahim” adalah pribadi-pribadi suci dari keturunan Nabi Ismail as. Imam al-Bagir as. bersabda: “Kami termasuk dari mereka dan kamilah yang tersisa dari keturunan itu”. ( Tafsir Mizan,3/166 dan 168).
[12] Ra’sul Husain:200-201.
[13]
Minhaj al Sunnah,2/66.
[14] Ibid.209. Lebih lanjut baca al Qaul al Fashl,1/75 dan seterusnya.